Seminar Pencegahan dan Penanganan Intoleransi Bagi Mahasiswa Tahun 2025 Telah Diselenggarakan Bimawa UAD
Dokumentasi Kegiatan oleh PKK Bimawa UAD
Yogyakarta, 21 juni 2025 – Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA). Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan seminar pencegahan dan penangann intoleransi bagai mahasiswa tahun 2025 secara luring yang bertepataan di Amphitarium Lt.9, Kampus 4,Universitas Ahmad Dahlan. Seminar yang di ikuti 250 peserta dengan perogram setudi dan angkatan yang berbeda-beda.
Kegiatan semianar tersebut sebagai sarana untuk saling melengkapi dan menjauhi sifat anti radikalisme dikalangan mahasiswa. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Caraka Putra Bhakti, M.Pd selaku ketua pelaksana sekaligus sebagai ketua badan pengembangan karakter dan kesejahteraan mahasiswa dan alumni dalam sambutannya, “Seminar ini menjunjung tema UAD untuk semua, yang artinya UAD ada untuk saling melengkapi,” ujarnya.
Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag selaku Wakil Rektor Bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan menekankan, rasa takut atas terbangunnya sifat acuh dalam diri mahasiswa, deliau menyampaikan dalam powerpoint presentation yang tercantum toleransi menurut Buya Hamka, “Toleransi adalah kelapangan dada terhadap orang lain, seklipun berbeda agama, budaya, maupun ras, selamaa tidak mengganggu keyakinan dan syariat islam.” Menurut Dr. Nur Kholis terhadap toleransi ini adalah toleransi itu tetap pegang prisip tapi tetap adem.
Bapak Dr Nur Kholis, S.Ag., M.Ag juga menyampaikan sebagai penutup dari materinya, “toleransi itu kayak sinyal wifi kalau ilang, koneksi antar manusia juga putus, sopan sama yang sepemikiran itu biasa. Bisa adem sama yang beda, baru luar bias,” ujarnya.
Dokumentasi pemaparan materi Dr.Ustadzi Hamzah, M.Ag
Pada materi beriktnya, dari Dr.Ustadzi Hamzah, M.Ag selaku anggota majelis tarjih pimpinan pusat muhammadiyah menyampaikan kata kata dari Thomas Aquines pada awal materinya “timeo hominem unius libri yang artinya aku benci kepada oraang yang hanya membaca satu buku,” ujarnya, “kita menyikapi atau memaknai suatu peristiwa hanya dari satu sumber saja,”paparnya.
Bapak Ustadzi Hamzah juga menyampaikan bahwasannya “sifat intoleransi muncul dari orang orang yang tidak ingin adanya perbedaan yang ada diluar sana” ujarnya. Dalam hal yang lainnya bapak Dr Ustadzi Hamzah juga menyampaikan “Sejarah dimulai dari manusia mengenal tuhan, dan sejarah akan berakhir saat manusia mulai merasa dialah tuhannya,” ujarnya.
Salah satu mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Riski, mahasiswa program studi bimbingan konseling angkatan 2024 memberikan kesan dan pesan terhadap kegiatan seminar tersebut.
“Saya bangga bisa dapat mengikuti kegiatan Seminar Pencegahan dan Penanganan Intoleransi Bagi Mahasiswa Tahun 2025 ini, yang dimana pada seminar ini mengajarkan bagimana kita menyikapi adanya perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut menjadi motivasi untuk hidup lebih damai,” ujarnya “Saya berharap setelah diadakannya kegiatan ini seluruh mahasiswa menerapkan dan mempertahankan dalam kehidupan sehari-harinya, demi mendukungnya kehiudpan yang tentram,” lanjutnya.
Penulis: Satriyo Nurrohim