Mengapa Menjadi Relawan Siaga Bencana di Kabupaten Sleman Yogyakarta?

Oleh Tomy Anggriawan dan Sri Kushartati

Abstrak:

Subyek penelitian terdiri dari dua orang, keduanya sebagai relawan siaga bencana yang berdomisili di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Subyek menjadi anggota komunitas relawan dan memunyai pengalaman lebih dari dua tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi relawan siaga bencana di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data yang dilakukan dengan metode wawancara. Penentuan subyek pada penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh dengan melakuakan in depth interview untuk menggali secara mendalam mengenai kehidupan subyek sebelum menjadi relawan, saat menjadi relawan dan dampak dalam kehidupan subyek saat menjadi relawan. Hasil penelitian ini mendapatkan gambaran seseorang menjadi relawan siaga bencana. Pada relawan pertama proses pengambilan keputusan menjadi relawan yaitu dorongan dari dirinya sendiri, karena subyek pernah merasakan menjadi korban pengungsian. Subyek juga mendapatkan dorongan eksternal dari rekan relawan yang selalu semangat menjalankan tugasnya. Pertimbangan karena subyek sudah berkeluarga dapat diatasinya dengan membagi waktu anatara menjadi relawan atau bersama keluarga. Pengalaman menjadi relawan membuat subyek berkomitmen menjadi relawan selama masih bisa menolong dan bermanfaat buat orang lain. Pada relawan kedua, pengambilan keputusan menjadi relawan yaitu dari dorongan internal subyek saat melihat korban bencana gempa bumi Bantul. Pertimbangan subyek yang sudah menikah saat menjadi relawan didukung oleh istrinya, sebab saat berada di lokasi terdampak bencana subyek terus menginformasikan keadaan subyek. Keteguhan subyek menjadi relawan menjadikan subyek bersyukur dapat diperbantukan dan diangkat sebagai pegawai di Tim Reaksi Cepat BPBD DIY. Kesimpulannya adalah proses menjadi relawan dipengaruhi oleh motif internal dan eksternal. Menjadi relawan siaga bencana yang memiliki resiko tinggi mengharuskan seorang relawan mengetahui resiko yang akan dihadapi, memahami Standard Operating Prosedure saat berada di daerah terdampak bencana. Komunikasi dengan pihak keluarga harus selalu terjalin untuk mengabarkan kondisi relawan yang berada di daerah terdampak bencana, sehingga pihak keluarga tidak cemas dengan kondisi dan mendapatkan dukungan dari keluarga. Komitmen yang dipegang teguh dengan niat yang baik menjadikan relawan mendapatkan kepuasan tersendiri dan hal lain yang tidak terduga.

Kata kunci: Relawan, Siaga Bencana.