STRATEGI KAMPUS BERKELANJUTAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG NET ZERO EMISSION
Indonesia menjadi salah satu dari 20 negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia (BP Statistical Review of World Energy, 2019). Menurut Air Quality Live Index (AQLI), 91% penduduk Indonesia tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara melebihi batas aman yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Urgensi ini harus dipandang serius melihat kondisi kualitas udara di Indonesia memiliki catatan buruk dalam dua dekade terakhir. Kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, komponen suspended particulate matter (SPM). Kendaraan bermotor menyumbang hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara. Menurut laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA), transportasi bertanggung jawab atas sekitar 24% dari emisi gas rumah kaca global. Hal ini selaras dengan data Climate Watch yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat ke-11 penghasil emisi karbon terbesar pada sektor transportasi.
Perilaku transportasi (transportation behavior) yang mencakup keinginan untuk menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi, melibatkan pilihan terhadap jenis layanan atau model transportasi yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Dalam konteks perilaku transportasi, individu membuat keputusan mengenai langkah-langkah yang perlu diambil. Peningkatan perhatian terhadap masalah lingkungan yang timbul akibat transportasi telah memicu perkembangan gerakan untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Transportasi berkelanjutan adalah konsep yang pertama kali muncul dalam pembangunan berkelanjutan pada tahun 1987. Ini mengacu pada jenis transportasi yang tidak berdampak negatif pada kesehatan masyarakat atau ekosistem, serta tetap memenuhi kebutuhan mobilitas dan perpindahan. Kesadaran masyarakat terhadap perlindungan lingkungan hidup semakin meningkat seiring dengan komitmen bersama melalui Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs). Salah satu dimensi penting dalam tujuan pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian lingkungan hidup. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kontribusi mereka terhadap upaya pelestarian lingkungan. Termasuk perguruan tinggi yang hingga saat ini saling berlomba untuk mengagas dan mengimplementasikan upaya-upaya kampus berkelanjutan. Perguruan tinggi dengan segala aspek stakeholder dan komponen pendukungan tentu memiliki kendala dan hambatan yang kompleks. Menurut data yang dihimpun dari laporan UIGreenMetric dalam skala kampus-kampus, ditemukan bahwa mahasiswa masih minim dalam penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Kendaraan bermotor menjadi transportasi alternatif utama yang mendominasi. Beberapa faktor yang mendorong minimnya penggunaan kendaraan ramah lingkungan diantaranya; jarak tempuh yang terbatas, membutuhkan tenaga yang lebih banyak, keterbatasan sarana prasarana transportasi publik, dan waktu yang relatif lama dalam penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Dalam hal pencemaran udara, upaya peningkatan pejalan kaki dan pesepeda menjadi perlu dalam menciptakan lingkungan yang bersih. Khususnya di lingkungan kampus yang dihuni oleh khalayak ramai para sivitas akademika setiap harinya. Penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi karbon di lingkungan kampus tentunya membutuhkan penanganan khusus dalam pembangunan berkelanjutan. Perlu sebuah stategi agar sivitas akademika khususnya mahasiswa dapat masif berjalan kaki dan bersepeda di lingkungan kampus, yakni:
- Menginternalisasikan konsep ramah lingkungan pada seluruh sivitas akademika
- Mengembangkan sistem pengendalian perilaku ramah lingkungan
- Mengembangkan transportasi internal kampus dan manajerial terpadu yang berkelanjutan (3E)
- Membangun keterlibatan kampus berkelanjutan
Empat strategi tersebut perlu dikembangkan dalam sebuah sistem yang mendukung sustainable development goals (SDGs). Oleh karena itu, diajukan rekomendasi sebagai berikut:
- Menyusun Road Map pengembangan inovasi ENZE Card sebagai pedoman dalam pelaksanaan inovasi kampus berkelanjutan pada sektor transportasi
ENZE Card (Electronic Net Zero Emission Card) merupakan inovasi berbasis Walking and Cycling Priority System merupakan sebuah inovasi program dalam bentuk kartu khusus layanan apresiasi bagi pejalan kaki dan pesepeda di lingkungan kampus. ENZE Card dilengkapi dengan fasilitas Piezoelektrik penghasil energi listrik dari pijakan kaki dan mesin reader contactless berbasis RFID (Radio Frequency Identification) dimana transaksi dapat dilakukan jarak jauh (contactless) seperti halnya E-Toll. Dengan layanan ini pejalan kaki dan pesepeda hanya perlu menempel kartu pada mesin reader contactless yang telah disediakan kemudian apresiasi berupa koin akan masuk ke dalam akun ENZE pengguna. Koin yang terkumpul dapat ditukarkan dan/atau dipergunakan untuk pembayaran administrasi perkuliahan. Sistem ini juga didukung oleh layanan aplikasi yang memudahkan pengguna untuk melihat koin yang terkumpul. - Mensinkronisasikan substansi Road Map inovasi dengan kebijakan pelayanan kampus
ENZE Card pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan partisipasi sivitas akademika untuk berjalan kaki dan bersepeda di lingkungan kampus melalui strategi pemberlakuan sistem yang mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda. Sistem ini sangat berkaitan erat dengan kebijakan administrasi keuangan dalam penyelenggaraannya. Tentu hal ini tidak mudah apalagi menyangkut kebijakan administrasi keuangan kampus. Oleh karena perlu untuk sinkronisasi substansi inovasi dengan kebijakan pelayanan kampus pada setiap perguruan tingginya. - Membangun kerjasama dengan beberapa mitra dalam pengembangan inovasi kampus berkelanjutan pada sektor transportasi
Perguruan tinggi dapat mengikutsertakan diri di lembaga pemeringkatan keramahan lingkungan pada perguruan tinggi misalnya, The Sustainability Tracking, Assessment & Rating System, United Nation Environment Programme (UNEP), UIGreenMetric, maupun yang lainnya. Dalam penyediaannya, kampus dapat bermitra dengan BUMN (Misalnya, PT. Jasa Marga Persero Tbk) yang memproduksi Gate Reader Contactless dan yang mendukung perdagangan karbon untuk menurunkan emisi karbon (Misalnya; Perum Perhutani).
Referensi:
Defitri (2022) Net Zero Emission Indonesia 2060: Langkah Menuju Ekonomi Sirkular., https://wastedchange.com/blog/net-zero-emission-indonesia- 2060-menuju-ekonomi-sirkular/.
Fauzi, A. and Oxtavianus, A. (2014) ‘The Measurement of Sustainable Development in Indonesia’, Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 15(1), p. 68. Available at: https://doi.org/10.23917/jep.v15i1.124. Ferawati, R. (2018) ‘Sustainable Development Goals di Indonesia: Pengukuran dan Agenda
Mewujudkannya Dalam Perspektif Ekonomi Islam’, Kontekstualita, 33(02), Pp- 143-167. Available at: https://doi.org/10.30631/kontekstualita.v35102.512.
Sari, AM., Sari, D.F. and Wibawani, S. (2020) ‘Penerapan Konsep Walkability Dalam Mendukung Kota Surabaya Sebagai Kota Metropolitan Yang Produktif Dan Berkelanjutan, Public Administration Journal of Research, 2(3). Available at: https://doi.org/10.33005/paj.v213.58.
Sugiarto, A., & Gabriella, D. A. (2020). Kesadaran dan perilaku ramah lingkungan mahasiswa di kampus. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 9(2), 260-275.
Sugiarto, A., Lee, C. W., & Huruta, A. D. (2022). A systematic review of the sustainable campus concept. Behavioral Sciences, 12(5), 130.
Ul (2019) GreenMetric, https://greenmetric.ui.ac.id/wpcontent/uploads/2019/07/UI_GreenMetric_Guideline_2019 Indonesian.pdf.
Winoto, J. L., Widjaja, R. H., & Setiawan, R. (2014). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mahasiwa Menggunakan Jasa Antar Jemput Ke Kampus. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 3(2)