UAD Gelar Seminar Nasional Peran Mahasiswa dalam Penanggulangan Bencana

Dalam upaya menggali peran mahasiswa dalam penanggulangan bencana, Universitas Semarang (USM) melakukan kunjungan terhadap Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam Seminar Nasional bertemakan “Peran Mahasiswa dalam Penanggulangan Bencana” yang dilaksanakan pada Jum’at (18/08) di Amphiteater Gedung Kedokteran UAD.

Seminar ini mengundang tiga pembicara secara langsung yaitu Anang Masduki,Ph.D sebagai Kepala Pusat Bencana UAD, Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Ekseskutif Mahasiswa (BEM) UAD dan USM yaitu Rendi Harsono dan Muhammad Ghozali menjadi narasumber kedua dan ketiga. Disambut langsung oleh Wakil Rektor (Warek) bidang kemahasiswaan dan alumni UAD dan USM yaitu Dr. Gatot sugiarto,S.H.,M.H dan Dr. Muhammad Junaidi, S.HI.,M.H.

“Tema ini diangkat bersama-sama dengan USM, kita menyadari sepenuhnya bahwa Indonesia pada saat ini negara dengan potensi bencana nya yang besar. Dan disini mahasiswa harus sudah memiliki satu kompetensi sosial yang peduli terhadap kondisi-kondisi negara, khususnya pada persoalan bencana alam.” Ucap Gatot dalam sambutannya

Sejalan dengan sambutan Warek bidang Kemahasiswaan dan Alumni USM dalam pembukaannya, Muhammad Junaidi, mengatakan studi bandingnya hari ini bukan hanya teori tetapi langsung tentang implementasi yaitu kebencanaan. Karena salah satu instrumen yang dituntut oleh simkatmawa yaitu mahasiswa menjadi narasumber tidak hanya jadi Event Organizer (EO), sehingga hari ini UAD mencontohkan itu semua.

Anang Masduki sebagai pembicara pada seminar memaparkan bahwa UAD telah banyak menerjunkan relawan ke daerah yang terjadi bencana alam  salah satunya di salah satu kasus di Cianjur. Namun, mereka diare karena ternyata air diselokan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sedang masyarakat biasa-biasa saja karena sudah kebal dan terbiasa. Maka, sangatlah diperlukan edukasi dan perubahan yang tidak mudah melihat fenomena ini.

“Bencana dimana-mana tentu pasti ada, sekarang bagaimana tinggal kita menyikapinya. Gempa tidak bisa dicegah, tetapi potensi terjadinya gempa dapat kita minimalisir. Banjir bisa dicegah dengan sikap kita yang ramah terhadap lingkungan” Ucap Anang saat menyampaikan materi.

Anang dalam pemaparan materinya menyoroti bahwa yang menjadi tantangan selanjutnya yaitu perlunya paradigma masyarakat yang harus diubah. Untuk mewujudkan pembangunan, perlu memerhatikan resiko bencana mulai dari resiliensi (mitigasi), mental, dan tentang Nir empati masyarakat terhadap bencana yang seringkali menjadikan bencana seperti tontonan.

“Ketika ada gempa tidak ditolong, malah selfie. Nir empati  seperti tulisan ‘efek gempa yang melanda wilayah Banten Jakarta monas mengalami perubahan bentuknya’ niatnya becanda, tetapi bagaimana korban dalam bencana tersebut? Maka perlu dirubah paradigma itu.” Tegasnya,

Anang menyampaikan bahwa spirit kerelawanan haruslah mandiri, professional, solidaritas, sinergi dan akuntabilitas. Sedangkan penanganan darurat Bencana yaitu perlunya siaga darurat, tanggap darurat bencana, transisi darurat pemulihan, dan standar minimal respon.

Dalam peran sebagai mahasiswa, Rendi sebagai Presma BEM UAD mengatakan bahwa peran itu terbagi menjadi dua yaitu gerakan sosial dan gerakan intelektualitas. Dirinya mengambil kutipan dari suku hindian dimana mereka meyakini bahwa ‘kita tidak mewarisi alam dari nenek moyang atau tuhan tetapi alam yang kita tempati sekarang, sebagai salah satu warisan dari anak dan cucu kita’. Sehingga hal ini memberikan kesadaran bahwa yang berdiri sekarang bukan milik kita sebetulnya.

“Ini menjadi awal untuk membangun kesadaran bahwa kita bisa memanfaatkan alam dengan baik. Karena sekarang sebagian besar bencana alam itu karena ulah manusia. Seperti Banjir, longsor diwadas, bahkan sawit sekarang banyak menimbullkan kebakaran hutan.” Jelasnya,

Adapun 3 tahap menurutnya yang harus dilakukan dalam bencana yaitu pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam prosesnya, tentu upaya harus terus dilakukan dan dijaga, pengawalan yang baik harus terus dilanjutkan sehingga proses itu tidaklah berhenti pada tahap ditanggap darurat.

Muhammad Ghozali sebagai Presma BEM USM memaparkan bahwa pentingnya edukasi terhadap masyarakat sendiri. Dalam kutipannya, dirinya mengatakan bencana alam di Indonesia bisa disebut sopan seperti banjir datang ketika musim hujan, kebakaran datang ketika kemarau, ada waktunya, ada masanya. Maka, yang perlu diperhatikan yaitu persiapan masyarakat terhadap bencana tersebut.

“Salah satu upaya mahasiswa USM bekerja sama dengan Pertamina Patraniaga menciptakan perahu listrik untuk pelestarian lingkungan dan kendaraan wisata di desa yang ada di Demak. Sehingga dapat diaplikasikan kepada masyarakat.” Jelasnya

Muhammad Ghozali juga menyoroti beberapa kasus bencana alam yang terjadi didemak dibeberapa tahun sebelumnya hingga yang terjadi pada tahun kemarin. Dirinya mengatakan, bahwa hampir 70% masyarakat demak terdampak bencana alam yaitu banjir. Selain itu dirinya juga menekankan pentingnya untuk mengedukasi masyarakat untuk mengantisipasi bencana alam baik daerah terdampak maupun daerah yang kemungkinan tidak terdampak.

Penulis: Dina Haqi Kuswinda

Editor: Ummu Fitrotin

Download pdf: klik disini