Apa Itu Burnout?

Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Freudenberger seorang psikolog klinis di New York. Istilah ini digunakan pada tahun 1973 dalam jurnal psikologi yang membahas sindrom “burnout”. Burnout awalnya digunakan untuk istilah yang mengacu pada efek yang dialami oleh pengguna narkoba yang kronis.

Menurut Pines (dalam Christiana, 2020) burnout merupakan kondisi emosional dimana seseorang merasakan kelelahan dan kejenuhan secara fisik akibat dari tuntutan tugas yang meningkat. Tidak hanya kelelahan secara emosional saja, burnout juga dialami seseorang sebagai respon terhadap situasi yang menuntut secara fisik dan mental karena ketiganya saling berkaitan apabila stress yang dialami dalam jangka waktu yang cukup lama dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang cukup tinggi. Seseorang yang mengalami burnout memiliki intensitas, durasi, frekuensi, dan konsekuensi yang berbeda-beda.

Mahasiswa rentan mengalami burnout karena proses perkuliahan. Faktor yang menjadi penyebab burnout terbagi menjadi:

  1. Lack of Social Support (kurangnya dukungan sosial), karena dukungan ini dimaknai dengan adanya seseorang yang selalu mendampingi dan menghargai apa yang dilakukan. Hal tersebut merupakan fungsi yang paling penting untuk mengurangi burnout.
  2. Demographic Factors (faktor demografis), laki-laki lebih membutuhkan dukungan dan bantuan social daripada perempuan. Kurangnya dukungan sosial terhadap laki-laki dapat menyebabkan perasaan terasing dan kekecewaan, yang mengarah pada burnout jika tidak diidentifikasi.
  3. Self-Concept (konsep diri), individu dengan konsep diri yang rendah lebih rentan terhadap stress dan tertekan saat belajar.
  4. Role Conflict and Role Ambiguity (peran konflik dan peran ambiguitas), individu memiliki rasa konflik ketika peran dan tuntutan yang didapatkan tidak sesuai dan tidak konsisten dibebankan pada mereka. Ketika dua atau lebih  perilaku peran yang tidak konsisten ini dialami oleh seorang individu, maka terjadilah konflik peran. Sedangkan ambiguitas peran adalah ketika seseorang tidak memiliki informasi yang konsisten mengenai tujuan, tanggung jawab, hak, dan kewajibannya dengan baik.
  5. Isolation (isolasi), terjadi ketika individu rentan mendapatkan kritik. Karena kurangnya dukungan sosial menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi. Perasaan inilah yang akhirnya mengarah ke burnout.

Adanya burnout ini berpengaruh pada hal-hal yang negatif seperti menurunnya motivasi terhadap belajar, timbulnya sikap negatif, frustasi, timbul perasaan ditolak oleh lingkungan, merasa gagal, dan self esteem yang rendah (Irawati dalam Christiana, 2020). Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi burnout adalah:

  1. Menentukan skala prioritas. Skala prioritas ini berisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh individu yang sesuai dengan tingkatan level atau pemenuhannya. Dengan adanya penghitungan skala ini, akan terhindar dari kelelahan mental dan pikiran karena tidak perlu bingung dalam mengerjakan tanggung jawab kegiatan di hari itu.
  2. Mengenali gaya belajar. Dengan mengetahui gaya belajar, individu menjadi lebih nyaman dan fokus saat belajar.
  3. Menghilangkan sifat perfeksionis dalam belajar. Sifat perfeksionis ini dapat menimbulkan dampak buruk dalam belajar, karena jika individu selalu ingin merasakan hasil yang sempurna dalam belajar ini menyebabkan semakin meningkatkan tekanan yang harus dialami dan dapat berdampak pada kelelahan yang berlebihan pula.
  4. Aktif berinteraksi dan bersosialisasi dengan sekitar. Dengan selalu aktif berinteraksi dan bersosialisasi, individu dapat terhindar dari rasa kesepian. Ia memiliki tempat untuk berbagi dan diskusi dengan orang lain.
  5. Melakukan aktivitas yang disukai. Jika sudah merasa kelelahan (burnout) dalam belajar, mulai lakukan aktivitas-aktivitas ringan yang dapat mengembalikan semangat seperti mendengarkan lagu dan menonton film.
  6. Berolahraga dan istirahat yang cukup. Hal ini tidak kalah penting untuk dilakukan, karena jika fisik kurang sehat maka akan mempengaruhi timbulnya kelelahan yang semakin meningkat.

Referensi

Khairani, Y., & Ifdil, I. (2015). Konsep Burnoutpada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Konselor , 4 (4), 208-214.

Muna, N. (2020). Strategi Guru BK Dalam Mengatasi Burnout Study Siswa SMKN 1 Widasari. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 4(1), 81-92.

Apa itu Burnout

Penyebab burnout

Yang dilakukan